Jumat, 27 Juli 2012

Optimalisasi Momen Budaya Kabupaten Kuningan



Gunung Ciremai

Ini merupakan unek-unek, ajakan, dan mungkin juga angan-angan solusi, yang ingin direalisasikan oleh penulis sebagai warga Kabupaten Kuningan. Untuk menjadikan Pariwisata dan momen-momen budaya di Kabupaten Kuningan bisa lebih di Optimalkan. Bukan berarti pemerintah saat ini diam dan tidak melakukan apa-apa, tetapi ada hal-hal yang menurut penulis masih bisa dioptimalkan agar pariwisata Kabupaten Kuningan tidak hanya ramai ketika Lebaran dan Seren Taun (seren taun dianggap momen budaya paling populer). Sebagai berikut:

1. Iklan Kurangnya iklan dan publikasi mengenai informasi tentang pariwisata kabupaten kuningan, ketika kita malah lebih banyak melihat banner-banner, atau big reklame bergambarkan pak bupati. Mungkin lebih baik jika itu diganti dengan iklan objek wisata yang ada dikuningan, setidaknya orang-orang bisa melihat potensi wisata apa saja yang ada dikuningan, atau mungkin pemasangan gambar-gambar momen-momen budaya yang ada di kabupaten kuningan. Akan menjadi lebih baik jika ditunjang dengan desain yang menarik dan tidak alay dan narsis.
2. Website, website kabupaten kuningan yang hanya mengadakan info sekedarnya. Padahal seperti yang kita tahu, di kuningan banyak objek-objek pariwisata dan momen-momen budaya yang tidak kalah dengan daerah lain. Bagaimana para wisatawan akan tertarik dengan keadaan pariwisata kita, dengan keadaan teknologi yang semakin berkembang, pemerintah kuningan malah seperti seakan-akan stuck tidak bergerak. Padahal itu sangat berpotensi untuk mendatangkan wisatawan lebih banyak, karena semua orang bisa mengaksesnya dengan mudah.
3. Nyaah, sangat disayangkan, suatu contoh ketika Reog Cengal punah karena tidak adanya penerus. Dibarengi dengan pendokumentasian yang sangat minim dan sulit dicari. itu menjadikan Reog Cengal hilang begitu saja tanpa ada hal lain yang bisa dikaji. Masih banyak lagi pristiwa-pristiwa budaya yang ada di kuningan yang nasibnya mungkin akan sama jika tidak dipelihara. Cingcowong Luragung, Pesta Dadung Subang, dan masih banyak yang lainya. Selama ini kuningan hanya dikenal dengan pristiwa budaya “seren taun”-nya padahal banyak pristiwa budaya lain yang bisa muncul kepermukaan jiga dikelola dan dipublikasikan dengan baik.
4. Orang Muda, dokumentasi dirasakan sangat penting, selain sebagai sarana regenerasi agar generasi sekarang dan seterusnya mengetahui. Dengan mengandalkan orang-orang “muda” dengan selera kekinian, ini bisa saja terwujud karena kemasan klasik dengan tameng untuk mempertahankan yang lama sama saja bunuh diri, karena orang-orang “muda” sekrang lebih ingin sesuatu hal yang bisa disebut “keren”, biarlah hal hal itu dijadikan jalan, agar mereka nantinya sadar, jika mempertahankan identitas nilai lokal budaya itu penting adanya.
5.Kerja sama, Ini bukan sikap apatis terhadap pemerintah, juga bukan dari pihak lawan politik pemerintahan. Hal ini akan lebih baik jika didukung oleh pihak pemerintah (tapi bukan berarti memasang foto bapak bupati atau staf pemerintahan), bukan untuk mencari keuntungan atau apapun. Hal ini didasari rasa prihatin, ketika potensi pariwisata di kabupaten kuningan yang masih bisa digali kurang publikasi dan pendokumentasian.
6.Yakin, keyakinan ini muncul ketika, semakin banyak orang kuningan yang bergelut di bidang jurnalis, broadcast, fotografi, videografi, dan lain lain. ini dirasakan sangat berperan karena hal-hal seperti itulah yang bisa mewujudkan ide ini, hal yang seakan “sulit”, karena lulusan-lulusan hebat, lebih senang memajukan daerah lain, daripada daerahnya sendiri. Hal ini mungkin karena kurangnya jalan dan informasi, semoga hal ini bisa menggugah para kreator untuk mewujudkan potensi wisata budaya yang ada di Kabupaten Kuningan.

*Penulis lahir dan menjalani aktifitas hingga lulus sekolah menengah atas di Kab. Kuningan, setelah itu menimba ilmu selama 4 tahun di Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Hal inilah yang menjadikan penulis tersadar, begitu banyak orang kreatif yang berasal Kabupaten Kuningan. Tidak hanya yang belajar di Yogya, namun juga rekan-rekan yang menuntut ilmu di STSI Bandung, inilah yang menjadikan penulis mempunyai angan-angan agar ide di atas bisa direalisasikan. Semoga…!

1 komentar: